BARNER BLOGGER

Blog Sejarah Seni dan Budaya

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

RENUNGAN JIWA ENCUM NURHIDAYAT

Lencana Facebook

Entri Populer

IKLAN BLOG

PENGUNJUNG/ PEMBACA

INDONESIA DI TIPU OLEH BELANDA, INGGRIS, PERANCIS DAN AMERIKA

Tema : 
Bank Swiss milik kerajaan Nusantara Republik indonesia 
Penulis,  : E Junaidi 

T.S. Raffles menghilangkan bukti sejarah dengan menghancurkan Istana Surosowan Banten Kemudian pada tahun 1816, T.S. Raffles menyerahkan pendudukan (Annexation) administratif kolonial di wilayah Sunda nusantara kepada Kerajaan Belanda (sahabat kerajaan Inggris) di Semarang, dan Herman William Daendels diangkat menjadi Gubernur jenderal Hindia Belanda. T.S. Raffles berhasil membebaskan H.W. Daendels dan membuat perjanjian yang intinya mengangkat Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan syarat mengikuti seluruh skenario rekayasa dan membungkam siapa saja yang mengetahui sejarah ini selanjutnya. Maka dimulailah kekejaman penjajahan Belanda sebagai kepanjangan Kerajaan Inggris Peristiwa ini menjadi awal Pemalsuan Sejarah Sunda Nusantara selama lebih kurang 200 tahun.

Sejak saat itu, Ribuan ton emas dijarah digunakan untuk Modernisasi England dan pembangunan persemakmuran negara jajahannya Canada, Australia, Singapura, Hongkong, Afrika Selatan dsb.

Keluarga kerajaan-kerajaan di Nusantara Dibantai dan dirampok. Arsip (bukti-bukti) pemerintahan dimusnahkan dan diambil untuk dihilangkan. Sebagian besar arsip yang menuliskan sejarah bumi dan pemerintahan masih disimpan di Mahkamah Internasional di DEN HAAG Belanda dan University Leiden Amsterdam Inilah sebabnya Mahkamah Internasional berada di Belanda, karena sejarah aset dunia tersimpan disana beserta literatur pendukungnya.

Hilangnya kepempinan nasional Sunda Nusantara menyebabkan kerajaan-kerajaan dibawah konfederasi Kemaharajaan Sunda Nusantara menjadi terpecah belah. Sejak saat itu, banyak terjadi perlawanan kepada pemeritah kolonial Hindia Belanda, ditandai dengan meletusnya perang.

1. Perang Pattimura. Maluku, 1817

2. Perang Paderi. Sumatera Barat, 1821-1837.

3. Perang Diponegoro. Jawa Tengah, 1825-1830, dll.

Namun perlawanan dari kerajaan kerajaan ini dapat dipatahkan oleh Belanda, karena tidak ada persatuan lagi.

Para raja-raja yang sholeh dan mau bekerjasama dengan Belanda diperdaya dengan menyimpan harta emas mereka di Bank Zurich Jerman dimana harta Kesultanan Nusantara (Cirebon, G.Pakuan, Banten, Deli, Riau, Kutai, Makasar, Bone, Goa, Luwuk, Ternate, dll,) dalam nilai ratusan trilyun Dollar Amerika dalam bentuk emas, logam mulia, berlian, dsb. di simpan di Bank Zurich Germany Kemudian karena kekalahan Jerman pada Perang Dunia ke-1 tahun 1911-1914, 

Maka harta tersebut diambil paksa oleh pemenang, pihak Sekutu, yang selama perang banyak dibiayai oleh organisasi Yahudi, Inilah sebabnya kenapa Jerman benci Yahudi.

Kemudian harta-harta tersebut. dipercayakan untuk disimpan di negeri Belanda Namun ketika Belanda kembali terjajah oleh Jerman pada Perang Dunia ke II, maka harta tersebut menjadi tercerai berai, dan sebagian digunakan oleh NAZI untuk membiayai perang mereka. Kekalahan Jerman di perang dunia ke II menyebabkan aset tersebut kemudian dibagi kepada negara Sekutu, Amerika, Inggris, Prancis, Rusia dan Belanda.

Pada tahun 1934, Sultan Paku Buwono X memberikan bantuan jaminan keuangan (kolateral) kepada Liga Bangsa-Bangsa (LBB) di Amerika Serikat, dengan tujuan membantu kebangkrutan ekonomi dunia. Liga Bangsa Bangsa (LBB) adalah cikal bakal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Tercatat emas yang diberikan seberat 57.169 ton emas 24 karat, yang kemudian diakui oleh pihak AS dalam perjanjian “The Green Hilton Agreement” dan disaksikan Sri Paus  (Vatikan).

Paska proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17. 08 1945, para Sultan/ Raja (Konfederasi) dibawah Kemaharajaan Sunda Nusantara mendukung pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan presiden pertama Ir. Soekarno. dengan syarat beliau juga bersedia memulihkan Kekaisaran Sunda Nusantara (maksudnya tetap mengakui keberadaan para Sultan/Raja di wilayah Sunda Nusantara, sebagaimana halnya di Malaysia atau Inggris). Presiden Soekarno setuju syarat tersebut  dan oleh karena itu beliau juga diberitahu mengenai aset bangsanya yang dipergunakan oleh bangsa lain dan digelapkan. Beliau juga diamanahkan oleh para Sultan/Raja Sunda Nusantara untuk berusaha mengembalikan aset bangsa tsb.

Atas hal tersebut maka Ir. Soekarno mengirim surat rahasia ke PBB, dan menyampaikan gugatan kepada negara Sekutu untuk mengembalikan aset bangsa tsb. dalam rangka pembangunan kembali bangsa Sunda Nusantara. Ingat uang kita sebelum Rupiah menggunakan nama SEN (SN=Sunda Nusantara). Labrakan Ir. Soekarno kepada berbagai ketidakadilan dan imperialisme dunia, karena beliau menyadari bahwa “Indonesia” adalah Super Power yang sesungguhnya dan pemegang amanah dunia.

Gugatan Ir. Soekarno baru disambut baik, ketika Amerika Serikat dipimpin oleh presiden John F. Kennedy, dengan harapan AS mendapat dukungan Ir. Soekarno dalam perlawanan menghambat komunisme. 

Pada tahap awal disetujui pengembalian aset bangsa Sunda Nusantara pada tahun 1963, dengan ditandatanganinya perjanjian “Green Hilton Agreement” yaitu pengembalian 57.147 ton emas kepada rakyat Republik Indonesia (pemilik sah) melalui pemerintahan Republik Indonesia sebagi pengemban amanah Kekaisaran Sunda Nusantara. (Imperium of Zhunda Nuswantara), dengan disaksikan Sri Paus, yang banyak mengetahui sejarah aset dunia. Sayangnya rencana ini tidak berjalan baik, karena terjadi pembunuhan terhadap presiden John F Kennedy, pada tahun 1964. 

Diduga pembunuhan ini dilakukan oleh organisasi rahasia Yahudi, yang menguasai ekonomi dan menyetir arah politik negeri AS hingga saat ini Presiden John F. Kennedy” tidak mau bekerjasama dengan organisasi ini. 

Paska pembunuhan presiden John F. Kennedy, di bumi Nusantara juga terjadi gerakan penggulingan presiden Soekarno pada tahun 1965, yang diduga didalangi oleh CIA
dibawah kendali organisasi rahasia Yahudi. Kekayaan aset Nusantara masih banyak tersimpan di 93 account di bank-bank utama didunia (ciri negaranya berbendera merah dan putih menandakan sumber asetnya).

Organisasi rahasia Yahudi ini diduga hingga saat ini masih menjalankan misinya dalam rangka membentuk tatanan dunia baru di bawah kepemimpinan Yahudi, dengan menguasai sektor keuangan dunia (IMF), bisnis persenjataan, bisnis media dan sistem informasi, serta bisnis strategis lainnya. Pemalsuan sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Sunda Nusantara juga didalangi oleh organisasi tersebut. Oleh karena itulah 90% bangsa kita tidak percaya akan cerita sejarah kebesaran bangsanya karena distorsi informasi ini, dan sebagian lagi tidak mau tahu karena lebih mengejar materi.

Marilah kita simak Doktrin Zionisme Protocol VI yang menyatakan: 
“Kehancuran kekuasaan akan terjadi setelah orang-orang berilmu (aristocrat) kaum 'the goyim' jatuh statusnya menjadi kaum proletar bersamaan dengan kredit negara negara yang semakin meningkat, karena ketergantungan mereka yang sangat besar kepada kegiatan monopoli berskala besar, yang kita bangun, yang menjadi sumber penghasilan mereka. Di satu sisi, promosi Pemerintahan Super sebagai pelindung dan pemberi kesejahteraan kepada mereka, kita terus tingkatkan.

Kelompok aristocrat non Yahudi masih tetap berbahaya bagi kita, karena mereka masih berstatus memiliki tanah-tanah pertanian yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Berbagai cara kita kembangkan agar tanah-tanah itu jatuh ke tangan kita dan kita kuasai, yaitu dengan cara:  Menaikkan beban tanah tersebut dengan cara menaikkan hutang mereka, dengan jaminan tanah tanah mereka yang menyebabkan kepemilikan tanah terikat kepada kita dan pemiliknya akan tunduk tanpa syarat; Kita bikin sulit kehidupan orang-orang berilmu (aristocrat) kaum non Yahudi yang akhirnya mereka akan musnah, karena kaum aristocrat mereka terbiasa dengan kehidupan yang mudah dan mewah. Aktivitas spekulasi kita naikkan untuk mengembangkan kegiatan industri dan perdagangan, sehingga kegiatan industri akan semakin menguat.

Dengan kegiatan industri yang menguat, kita sedot sumber daya manusia dan modal (finansial) dari tanah-tanah pertanian tersebut dan akhirnya, kedua sumber daya tadi akan berpindah tangan ke kita berupa akumulasi harta kekayaan, sehingga kaum aristocrat non yahudi akan jatuh statusnya menjadi kaum proletar. Gaya hidup mewah kita perkenalkan kepada kaum aristocrat non Yahudi, yaitu dengan kita naikkan taraf pendapatan mereka, tetapi mereka harus membeli kebutuhan pokok dengan harga yang tinggi, karena berkurangnya hasil-hasil pertanian dan peternakan.

Kita ajarkan faham anarkis dan mabuk-mabukan kepada kaum buruh non Yahudi sebagai kaum terpelajarnya mereka yang akan mengurangi kegiatan industri dan menyempitnya lapangan pekerjaan. Akhirnya, kaum aristocrat non Yahudi akan tunduk kepada kita hanya agar eksistensi mereka tetap dihargai dan mereka tidak menyadari bahwa kita tetap akan memusnahkan mereka. 

Kita samarkan proses keseluruhan ini dengan istilah meningkatkan produktivitas buruh melalui teori-teori politik ekonomi yang para ahli ekonomi kita ajarkan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.

Pada era pemerintahan Ir. Soekarno, beliau begitu lantang mengumandangkan politik "POLITIK BERDIKARI” atau berdiri dengan Kaki sendiri, bahwa bangsa Sunda Nusantara harus dapat mandiri, jangan tergantung kepada negara lain. Pada bulan Agustus 1965, beliau mengatakan “go to hell with your aid” sebagai kata talak/perceraian dengan IMF serta Bank Dunia dan memutuskan membangun Nusantara secara mandiri. Sayangnya politik *”BERDIKARI"* ini tidak berlangsung lama, karena pada bulan September 1965 terjadi kudeta berdarah terhadap presiden Soekarno, kudeta ini diduga melibatkan CIA. 

Selanjutnya dimulailah rezim orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto, yang kebijakan politiknya dekat dengan kepentingan Amerika Serikat.

Bagaimana dengan kondisi negeri kita saat ini ? Sudahkah bangsa kita hidup dan berkehidupan seperti yang tercantum dalam doktrin Zionisme di atas...? 

Bila kita tidak segera menyadarinya, maka bangsa kita akan menjadi jongosnya bangsa-bangsa adi kuasa dan akan menjadi kepanjangan tangan dari negara-negara adi kuasa

AMANGKURAT I MEMBANTAI ULAMA

Tahta Mataram kembali mengalirkan darah pada masa Amangkurat I (1646-1676). Dia memindahkan pusat pemerintahan Mataram ke Plered dari Karta. Dia kerap terlibat perselisihan tahta, dimulai dengan saudaranya sendiri, Pangeran Alit, yang akhirnya dia bunuh untuk memuluskan jalan menaiki tahta Mataram. Namun tindakannya yang paling kejam adalah ketika dia membantai kaum ulama karena dianggap berkonspirasi dengan mendiang saudaranya untuk merebut tahta.

Dia membuat daftar para ulama beserta keluarga mereka untuk dikumpulkan, lalu dibantai di alun-alun Plered. Pembantaian ini terjadi tahun 1647. “Dan dalam waktu setengah jam, tidak kurang dari lima sampai enam ribu orang dibantai. Van Goens (utusan VOC untuk Mataram) yang waktu itu berada di Plered, melihat dengan mata sendiri mayat-mayat yang bergeletakan di jalanan,” tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid II.

Masa pemerintahan Amangkurat I memang penuh huru-hara. Pada 1677, Plered diduduki oleh pasukan Trunojoyo dari Madura yang memberontak, yang akhirnya memberikan celah masuk bagi VOC ke dalam politik istana Mataram. Berkat VOC, pemberontakan berhasil ditumpas namun kedaulatan Mataram kian lama jadi kian terkikis.

Pada awal abad 17, aset harta para Raja dan Kesultanan Nusantara (Cirebon, G.Pakuan, Banten, Deli, Riau, Kutai, Makasar, Bone, Goa, Luwut,Ternate, dLL,) dalam nilai ratusan trilyun Dollar Amerika (dalam bentuk emas, logam mulia, berlian, dan srbagainya) di simpan di Bank Zuchrigh, Jerman (karena pada saat itu Jerman adalah negara makmur dan menguasai dunia. Serta bank tersebut adalah salah satu bank yang tertua di dunia)

PENGKHIANAT PARA RAJA DAN PENJILAT KERAJAAN BELANDA

Pada tahun 1620, Nusantara dijajah Belanda selama 3,5 abad lebih. Bagi Kesultanan/Raja Nusantara yang melawan Belanda, data administrasi harta di Bumi Nusantara dihanguskan, hanya bagi Kerajaan Amangkurat I tetap memiliki data utuh, karena mereka penjilat Belanda dimasa itu.

Catatan penting:
Salah satu bukti Amangkurat I sebagai penjilat Belanda : 

Pangeran Girilaya Raja Cirebon II selaku menantu dari Raja Amangkurat I, atas tipuan pada  “undangan makan”, ternyata Raja Cirebon II beserta kedua putranya yang berumur 11 dan 9 tahun ditahan selama 10 tahun, hingga wafatnya Raja Cirebon II yang dimakamkan di Girilaya. Atas wafatnya Raja Cirebon II, Sultan Trunojoyo diutus untuk menjemput kedua putra mahkota tersebut untuk menggantikan tahta Kerajaan Cirebon.Dengan melalui peperangan, akhirnya Trunojoya berhasil membawa Putra Mahkota dan kedua adiknya. Sedangkan Putra Mahkota yang pertama/kakaknya, diamankan oleh paman dari Ibunya ke Gunung Lawu. Hingga akhirnya berdiri Kerajaan Cirebon menjadi dua kesultanan, yaitu: Kesultanan Kanoman dan Kesultanan Kasepuhan.

PENYERAHAN HIBAH HARTA REKAYASA KEPADA SOEKARNO

Pada tahun 1939, Amerika menyuruh Bung Karno untuk menata aset para Raja Nusantara dan mengalihkan hak atas nama pribadi Soekarno.

Catatan:

a. Penyerahan harta.hibah rekayasa dilakukan oleh Raja Solo dan Yogyakarta yang mengatasnamakan Raja-raja Nusantara. Selanjutnya aset kedua raja tersebut utuh atau tidak dihibahkan.

b. Hak ahli waris Raja Nusantara, sepeserpun nihil (tidak menerima hak waris).*


BERDIRINYA BANK DUNIA

Pada tahun 1944, berdirilah Bank Dunia atas dasar Colateral Aset Raja Nusantara! Bank Dunia mulai memberikan pinjaman kepada 40 Negara. Maka semenjak itu USA semakin kuat untuk mencetak mata uang dan menyusun strategi persenjataan yang berguna untuk menguasai dunia.

JEPANG MENYERAH ATAS BANTUAN AMERIKA

Pada tahun 1945, saat Perang Dunia-II Jepang menyerah dan membuat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

Beberapa fakta:

a. Bung Karno dalam salah satu pidatonya pernah berkata “kalau Jepang tidak memberikan kemerdekaan kepada kita, maka saya akan minta USA untuk membom Jepang.

b. Bung Karno diangkat jadi ketua PBB. Bukankah pada waktu itu orang asing banyak yang lebih pintar dari Bung Karno? Tak aneh lagi, karena berdirinya Bank Dunia berasal dari aset Raja Nusantara. Sampai saat ini, tidak ada jabatan Ketua PBB selain Bung Karno, yang ada hanyalah Sekjen.

Catatan:
Tahun 1945, untuk membangun negara, kalau Bung Karno jujur dan benar (tidak ambisius), seharusnya mengumpulkan para Sultan dan Raja Nusantara untuk diberi tahu jika para buyutnya (Raja Nusantara) pada abad-17, menyimpan hartanya di Bank Juchrigh-Jerman. Kenapa Bung Karno bungkam?

Antara tahun 1950-1953, Bung Karno memberikan pelimpahan coleteral kepada kolega dan keluarganya, yang berasal dari aset para Raja Nusantara yang dihibahkan atas nama pribadi Bung Karno. Yang kini sudah pada balik nama.

Tahun 1954, sebagian sisa Dana Koleteral tsb dibagikan dalam bentuk amanah kepada 73 orang Tokoh Negara dan Ulama. Karena ada kepentingan “politik praktis”. Tahun 1955 pemilu pertama, Bung Karno diangkat Presiden “seumur hidup”

Catatan:
a. Penerima “pelimpahan colateral” mendapatkan Royalti, namun pemegang amanah tidak mendapatkan Royalti. Siapakah yang menikmati royalti atas dana coleteral dari Bank Dunia? Siapa lagi kalau bukan kolega dan keluarganya

b. Perlu pendirian “LEVARN” Lembaga Executive Verifiksi Aset Raja Nusantra

c. Maksud dan tujuan : Atas tersimpannya Aset Raja Nusantra, baik milik Raja/Kesultanan:Cirebon, Pakuan, Banten, Deli, Riau, Kutai, Makassar, Bone, Goa, Luwut, Ternate, dan lainnya, yang disimpan pada awal Abad-17 di Bank Zuchrigh, Jerman dengan nilai ratusan trliyun dollar Amerika yang telah dihibahkan ke pribadi Ir. Soekarno (Rekyasa JO. AS) untuk modal awal pembentukan Bank Dunia, kini sudah pada balik nama atas nama keluarga  dan koleganya (diluar amanah) ini harus diverifikasi/tata Juridis Formil untuk ketetapan hak bagi ahli waris dan negara.

d. Dalam pertemuan para Sultan se-Indonesia di Bali pada tahun 2000-an lalu. Selaku ahli waris mengharapkan keadilan hak atas harta yang digelapkan. Sehingga para pemegang amanah dan lainnya menyadari atas keganjilan hibah tersebut.

SOEKARNO KELUAR DARI PBB

Mengapa Bung Karno keluar dari PBB dan pidatonya antara tahun 1959 sampai dengan 1963, berapi-api anti imperialis, anti nekolim? Karena coleteralnya ternyata tidak bisa dicairkan dan digunakan untuk pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan REPELITA yang telah diprogram. Alias dipersulit oleh Amerika.

AS MEMBUNGKAM SOEKARNO DI TODONG DENGAN PISTOL

Amerika berkepentingan untuk membungkam Bung Karno, selain karena alasan dana coleteral tersebut, juga karena Bung Karno membentuk *“Poros Segitiga”* Peking-Jakarta-Pyongyang. Selanjutnya melalui konspirasi & tipu daya, AS bertindak sebagai dalang atas lengsernya Bung Karno.

Tiga orang Jenderal terlibat dalam gerakan bawah tanah buatan AS, datang dan menodongkan senjata kepada Bung Karno untuk menandatangani SUPERSEMAR.

Catatan:
Kemudian isi Supersemar diubah (dipalsukan) dan diserahkan kepada Soeharto. Soeharto tidak mengetahui tentang pemalsuan Supersemar tersebut dan menjalankan Supersemar dengan baik. Soeharto baru mengetahui hal tersebut sekitar tahun 1980-an. Namun sudah terlambat dan sejarah sudah terlanjur dituliskan.

SOEKARNO LENGSER 
Tahun 1967, Soekarno lengser dan Soeharto menjabat sebagai Presiden 

TUJUH ORANG PEMEGANG SURAT AMANAH

Sekitar tahun 1995, tujuh orang pemegang Surat Amanah dari Soekarno, menghadap Soeharto agar Pemerintah dapat menggunakan Dana Coletral tersebut untuk pembangunan Indonesia.

Catatan:
Dana Coletral tersebut (yang ada di Bank Dunia) tidak dapat dicairkan, namun dapat digunakan untuk Jaminan cetak uang”. Soeharto mengajukan ijin untuk pencetakan uang Rupiah atas jaminan Dana Coletral tersebut.

Dilakukan Sidang Moneter Internasiona dengan salah satu agenda untuk membahas rencana pencetakan uang Rupiah oleh pemerintah RI. Sepuluh negara menolak untuk memberikan ijin (termasuk AS dan sekutunya), sisanya mengijinkan. Atas dasar voting, maka pemerintah RI diijinkan utk mencetak uang sebesar “Rp. 20.000 triliyun” dengan jaminan lima Coleteral, Salah satu Coleteral tersebut adalah milik Kerajaan Cirebon sebesar 13.000 Triliun.

Catatan:
AS tidak memberikan ijin karena khawatir Soeharto akan membangkitkan DUNIA ISLAM. Karena thn 1987 Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila sudah mulai merintis dan menggalakkan bantuan untuk pembangunan masjid di seluruh Indonesia. Siti Hardijanti Rukmana sudah mulai memakai kerudung dan dianggap sebagai simbol kebangkitan dunia Islam.


AS MENCETAK UANG

Pencetakan uang dilakukan di Jerman dan Israel (pemenang tender adalah Australia). Disisi lain AS dan sekutunya mulai melakukan konspirasi untuk merusak stabilitas Ekonomi Internasional.

15. Maret 1997, secara bertahap IDR (Indonesia Rupiah) sudah mulai masuk ke Indonesia (masih berstatus atas nama Amanah yang ditempatkan di luar gudang BI). Baru sekitar 9% IDR tersebut yang diregristasi oleh BI, terjadilah *“krisis moneter” karena George Soros  melakukan transaksi “pembelian Rupiah”* secara besar-besaran yang dibayar dengan US Dollar. IDR dicetak dalam cetakan uang plastik pecahan Rp.100.000,- tahun cetakan 1997.

Catatan:
Pak Harto berencana dalam periode tahun 1998-2003, Try Sutrisno menjabat sebagai Wakil Presiden. Tahun 2000 Pak Harto membuat pondasi sebagai landasan kuat dalam pembangunan tinggal landas untuk take off menuju adil dan makmur. Tahun 2002, Pak Harto berencana untuk mengundurkan diri dan dilanjutkan oleh wakilnya Try Sutrisno sebagai presiden.

INDONESIA DI TIPU OLEH AMERIKA SECARA MENTAH-MENTAH

Amerika semakin gencar melakukan konspirasi, sadar atau tidak sadar banyak unsur masyarakat yang sudah masuk dalam tipu daya dan skenario AS.

Catatan:

a. Banyak mahasiswa dan rakyat yang merasa idealis dan menuntut lengsernya Soeharto. Namun sesungguhnya mereka tidak sadar bahwa ini semua adalah skenario AS untuk menurunkan Soehart

b. Beberapa “tokoh boneka politik” bentukan AS, yaitu empat orang yang dikenal dengan sebutan “SMAG”.

c. Terjadinya Kerusuhan Mei, yang dikoordinir oleh seorang tokoh pemuda atas cetakan SMAG.

Mei 1998, Soeharto lengser dan BJ Habibie menjabat sebagai presiden RI. Semua mata uang Rupiah pada akhirnya sampai di Indonesia, Pak Harto memerintahkan 49 orang jenderal (7 orang Jenderal Bintang empat dan 42 orang Jenderal Bintang dua) untuk mengamankan gudang-gudang IDR yang masih berstatus atas nama Amanah.

B.J. HABIBIE DI TIPU OLEH AS AGAR MELEPASKAN TIMOR TIMUR

BJ Habibie dipolitisir oleh AS untuk merealisasi Referendum di TimTim, dengan janji apabila terlaksana dengan jujur dan adil maka Habibie akan didukung untuk menjabat sebagai Presiden RI untuk periode selanjutnya.

Catatan:
Habibie ditipu mentah oleh AS dan sekutunya. Hasil jajak pendapat Timor Timur dimanipulasi termasuk yang dihitung di Gedung Putih AS, tidak dihitung di lapangan dan berujung pada lepasnya Timor Timur dari NKRI. Itulah jatuhnya Habibie akibat dampak tertipu politik praktis. Karena Habibie sejatinya bukan orang “misi AS”, melainkan Habibie adalah “Jerman-isme ”.

Rapuhnya Pemerintahan RI dan perekonomiannya akibat “Mafia Berkeley” dan sebagian besar tokoh-tokoh negara terlibat dalam dosa Kerusuhan Mei. ”Amerika memegang kartu tokoh-tokoh negara tersebut, lalu leluasa untuk mendikte pemerintah. Boleh dikata, semenjak itu pemerintahan hanya menjadi “boneka AS” dan tidak mampu untuk melepaskan diri dari cengkraman AS.


KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari semua ini Kebenaran yang dituliskan oleh si penulis bukan untuk menyudutkan PIhak pihak tertentu, namun  Untuk Menegakkan sebuah kebenaran dan fakta yang ada, Bangsa Indonesia sangat beruntung telah memiliki Dua orang Putera terbaik yaitu :
SOEKARNO DAN SOEHARTO.

Rapatkan saja barisan, jangan mudah di adu domba oleh KONSPIRASI AS dan sekutunya. 

Tumbuhkan jiwa patriotik kita, karena bisa jadi melalui konspirasi AS, perang Afganistan dan Irak juga dapat terjadi di Tanah Air yang kita cintai ini. Juga perang antar suku dan golongan di dalam negeri seperti di negara-negara Afrika, Korea Utara-Selatan, Vietnam Utara-Selatan, Bosnia, Mesir, Libya dan lain-lain. Atas kronologis harta Soekarno tersebut, pada prinsipnya kita para “pemegang amanah” dan penerima 




Demikian tks

Dr.Rahman Sabon Nama The Royal Kingdom Asets Kerajaan Nusantara.

Read More

GUSTI ALLOH MAPARIN NYAWA KA MANUSA


Gusti Alloh maparin Nyawa, dina waktu ibu ngowo (Babaran), barang gubragna turun ti BATHIN ka Alam DOHIR, tepungna dua hawa BATHIN tepung kontak sareng hawa DUNYA, kajadiana jadi NAFAS murangkalih, nyaeta ngarana NYAWA

Tiap-tiap aya NAFAS pasti aya NYAWA, NAFAS bareng jeung RASA, buktina Orok barang gubrag tina guhagarba Ceurik, tina sabab geus aya RASA, tiris buktina ngadègdèg, Anugrah ti Hyang Agung, turut-turut asal tadina, tina bibitna Manusa, Adam Hawa kitu, kapan Adam teh ceuk kitab pangna lungsur ka Alam dunya tèh geuning meunang bebendon ti Gusti Alloh. 

NYAWA minangka Piranti sofwere nu nyambungkeun SUKMA pikeun Ngendalikeun WARUGA

Nu disebat HIRUP ku HURIP Na 

Dina Wancina Sukma ninggalkeun Waruga  kusabab Nu Hirup di punut kunu Kagunganana, NYAWA masih nyarang dina Waruga. 

Hiji buktos nu ngayakinkeun ieu olah fikir (Tafakur) :
Organ tubuh manusa masih bisa didonor kangge kabutuhan nu ngabatuhkeun.
Ieu nandakeun yèn Nyawa masih can ninggalkeun Waruga / (Kurung). 

Waruga nu dibaturan Nyawa bakal balik ka asal Jati Na (Acining-acining Dunya)



Sinopsis 
======== 
NYAWA lain SUKMA 
NYAWA lain RUH 
RUH lain SUKMA
NYAWA dicipta Sarèat kuayana 2 (dua) Hawa (Lahir jeung bathin). 
SUKMA dicipta nu asal ti SIFAT Gusti (Cahaya awal/ johor Awal

RUH nu hirup di Mahluk asalna tinu Maha Hirup. (Qudrat & Irodzat) Gusti. 
Ieu disebat Tri Tangtu Manusa 

Ieu Tri Tangtu Sofwere Manusa
Benten deui Sareng Sadulu nu papat nu aya di Waruga (Zona Sagir dunya) 

Ieu nu tiasa katèmperan Rasa-rasa  "ka RUH un" urang baheula... / De javu.
Jadi teuaya sangkut paut jeung Sukma. 

Ieu disebat ranah Driver kangge Sukma tiasa ngendalikeun Waruga nu asal ti acining dunya. 

Dina Dulur nu 4 (opat) (sakabehna Mahluk Dunya) nu tangtu bènten sarèat pencipta'ana sareng Sukma/ Pancer (nu asal tina Cahaya Awal). 

Dulur nu opat nyimpen Rasa-rasa Karuhun ... kangge modal SUKMA ngajalanan kahirupan di Alam Dunya make Waruga nu Fana... 

Tong aneh mun Rasa-rasa urang geus loma/layeut diantara pangisi di ieu mandala... boa Karuhun urang baheula pernah jadi sobat dalit sadayana... 😢


Pun... sapun Ampun Paralun ka RUH muhun... 


AHUUNG SUNDA 
JATI KA RUH UN

Read More

BEJA TI SOBAT DALIT (KI SANTANG)

 

Makam Syeh Rohmat Suci Godog

Ki Baduga netep di hiji tempat, nekunan ibadah nu anyar pinanggih nepi ka tilarna. Diceungceurikan ku sakabeh nu mikanyaahna ku batur dalitna nyatana Ki Santang.

Dina rek tilarna Ki Baduga nyalukan Ki Santang nu satia nungguan.. 

"Kuring rek titip ka Akang"… 

"Naon Yi," cenah. 

"Teruskeun tugas kuring ngadegkeun akidah ka Gusti Allah… Kuring rek mulang ka manten-Na". 

"Duh Gusti," cek Ki Santang, ulah nyarita kitu… Kuring kumaha ?" Ki Santang reumba ku cipanon.

Bari ngalengis Ki Santang nyarita, 

Ki Rasa Manusa


"Iraha deui kuring boga dulur jiga Ayi." Ceurik, duanana ceurik. Dua mahkluk gagah rongkah tina dua bangsa jumerit hatena kapisah ku takdir makhluk. 

"Duh Gusti, "Ki Santang ngarenghik deui, cipanona tambah ngarembey… Ki Baduga teu kawawa, milu muragkeun cipanon…

Ragrag cipanon kanyaah… Kanyaah nu leuwih ti dulur sakandung… Dulur tina sobat dalit, ti dua jalma (makhluk) nu beda bangsa…Turutaneun aranjeun…

"Ulah kitu Ki… Akang kudu ikhlas," Ceuk Ki Baduga bari dadana sesek nahan cipanon. "Kuring rek nitip, handeuleumkeun dayeuh jeung eusina, sakur pakaya kuring di mana wae ayana, bawaan teundeun di dayeuh. Kuring geus nyadiakeun salawe leuit. Jaga ku Akang sabisa-bisa. Kadua ulah hariwang, ke dina mangsana… aya manusa jiga kuring nu boga hate jiga kuring… Ke datang ka ngimpi akang…". 

"Yi, ulah ninggalkeun akang… Duh Gusti…akang kumaha ?".. 

"Ulah hariwang kang, anggur mundut ka Nu Kawasa kuring sing salamet nyanghareupan hisab kubur."…

Der duanana pa ungku- ungku inget kana dosa-dosana. Cipanon dua prabu ragrag ka dunya.

"Kuring nitip rahayat kuring, nu bakal kaleungitan cepengan nepi ka bijil nu tiluan… Nu Saurang bakal dibarengan ku akang, mantuan nu tiluan… Lempengkeun akidahna… Bantuan ku akang… Nitip kuring…Engke dina mangsana bikeun bekel ti kuring…Nyanghareupan hiji jaman nu rusak…

Jaman nu rusak ku kahayang…". Saung butut jadi saksi sobat dalit nu rek kapisah ku takdir…Ajal… Saung butut nu jadi saksi… Nepi ka tilarna… Ki Santang ngalenyap… Di usap tarang baturna…Euweuh nu nyaksian (makhluk hirup lain salian ti Ki Santang)… Ngan duaan… Ki Santang ngalenyap…



Cag....

 


Read More

Isi Naskah: Amanat Galunggung

Lembar Jilid Verso

 

Awignam astu. Nihan tembey sakakala1 Rahyang Ba/n/nga, masa sya nyusuk2 na Pakwan makangaran Rahyangta Wuwus,3 maka manak Maharaja Déwata, Maharaja Déwata maka manak Baduga Sanghyang,

Semoga selamat. Inilah permulaan tanda peringatan Rahiyang Banga, ketika ia membuat parit (pertahanan) Pakuan, bernama Rahingta Wuwus, maka (ia) berputera Maharaja Dewata berputera Baduga Sanghiyang,

1Sakakala oleh Pleyte diterjemahkan dengan “overlivering omtrent de afstameling” (ceritera turun-temurun tentang silsilah). Dalam prasasti-prasasti Sunda, kata sakakala selalu dimaksudkan sebagai: tanda peringatan bagi yang sudah wafat.

2Nyusuk berarti: membuat susukan atau parit (biasanya untuk pertahanan kota). Pengertiannya sama dengan kata marigi dalam prasasti Kawali.

3Gelar Rahyangta digunakan dalam Carita Parahyangan, sedangkan tokoh yang bersangkutan dalam naskah Cirebon disebut Rakryan Wuwus. Dengan demikian namanya bukan Rahyang Tawuwus, melainkan Rahyangta Wuwus.

 

Baduga Sanghyang maka manak Prébu Sanghyang maka manak Sa(ng) Lumahing rana,4Sa(ng) Lumahing rana maka manak Sa(ng) Lumahing Winduraja, Sa(ng) Lumahing Tasikpa(n)jang (maka manak) Sa(ng) Lumahing Hujung Kembang, Sa(ng) Lumahing Hujung Kembang maka manak Rekéyan Darmasiksa.

Baduga Sanghiyang berputera Prabu Sanghiyang, Prabu Sanghiyang berputera Sang Lumahing rana, Sang Lumahingrana berputera Sang Lumahing Winduraja, Sang Lumahing Winduraja berputera Sang Lumahing Tasikpanjang, Sang Lumahing Tasikpanjang  berputera Sang Lumahing Ujung Kembang, Sang Lumahing Ujung Kembang berputera Rakeyan Darmasiksa.

4Kata sang lumahing umumnya berarti “yang dipusarakan di”. Sang Lumahing rana berarti yang gugur di medan perang. Pleyte menduga, tokoh ini adalah raja Sunda yang gugur di Bubat tahun 1357 yang disebutnya Prabu wangi.

 

Darmasiksa siya ngawarah anak euncu umpi cicip muning anggasa(nta)na (kulasantana) pretisantana wit wekas5 kulakadang…… )

Darmasiksa, ia menasihati anak, cucu, umpi (turunan ke-3), cicip (turunan ke-4), muning(turunan ke-5), anggasantana (turunan ke-6), kulasantana (turunan ke-7), pretisantana(turunan ke-8), wit wekas (turunan ke-9), sanak-saudara….

5Dalam kropak 630 disebut “putuh wekas” (= putus jejak/turunan).

 

I rekto

sakabéh, nguniwéh sapilanceukan,

semuanya, demikian pula saudara-saudara kandung,

 

mulah pabwang6 pasalahan paksa, mulah pakeudeukeudeu, asing ra(m)pés, cara purih, turutan mulah keudeu di tineung di manéh, isos-iseukeun carékna patikrama,

Jangan bentrok (karena) berselisih maksud, jangan saling berkeras: hendaknya rukun(dalam) tingkah laku (dan) tujuan. Ikuti, jangan (hanya) berkeras pada keinginan diri sendiri (saja),

6Kata ini dalam Sunda modern menjadi: pam(b)eng=berhalangan, dengan pergeseran arti. Kata pabwang berarti saling merintangi.

 

isos-iseukeun carékna patikrama,7 jaga kita dék jaya prang ta(n)jor juritan tan alah kuréya, musuh ti dara(t) ti laut, ti barat ti timur sakuriling désa, musuh alit, musuh ganal

Camkanlah ujar patikrama, bila kita ingin menang perang, selalu unggul berperang, tidak(akan) kalah oleh (musuh) yang banyak: musuh dari darat dari laut, dari barat dari timur di sekitar negeri; musuh halus, musuh kasar,

7Kata Patikrama lebih baik tidak diterjemahkan, karena kata itu dapat berarti: adat, kebiasaan, tradisi, tata-tertib, sopan-santun, peraturan, undang-undang atau hukum keagamaan.

 

mu(ng)ku kahaja urang miprangkeun si tepet, si bener, si duga, si twarasi, mulah sida deung kulakadang, mulah munuh tanpa dwasa, mulah ngarampas tanpa dwasa, mulah midukaan tanpa dwasa, mulah nenget a(s)tri sama astri, mulah nenget hulun sama hulun,

Jangan dengan sengaja kita memperebutkan: yang lurus. Yang benar, yang jujur, yang lurus hati. Jangan berjodoh dengan saudara, jangan membunuh yang tak berdosa, jangan merampas (milik) yang tak bersalah, jangan menyakiti yang tak bersalah; jangan saling curiga/sesali antara wanita/isteri, jangan saling curiga antara hamba dengan hamba,

 

jaga dapetna pretapa8 dapetna pegengeun sakti, beunangna (ku) Sunda, Jawa, La(m)pung, Ba-

Waspadalah. kemungkinan direbutnya kemuliaan (kewibawaan, kekuasaan) dan pegangan kesaktian (kejayaan) oleh Sunda, Jawa, Lampung, Ba-

8Pretapa dapat berarti: sinar (kekuatan), cahaya, pancaran, perbawa, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, kuasa.

 

I verso

luk, banyaga nu dék ngarebutna kabuyutan9 na Galunggung,

luk, para pedagang (orang asing) yang akan merebut kabuyutan di Galunggung.

9Kata Kabuyutan pun lebih baik tidak diterjemahkan, sebab kata itu dapat berarti “tempat keramat”, “tempat suci” dengan fungsi yang berbeda-beda (kuburan leluhur, tempat pemujaan dan lain-lain).

 

asing iya nu meunangkeun kabuyutan na Galunggung, iya sakti tapa, iya jaya prang, iya heubeul nyéwana, iya bagya na drabya sakatiwatiwana, iya ta supagi katinggalan rama-resi,10

Siapa pun yang dapat menguasai kabuyutan di Galunggung, ia akan memperoleh kesaktian dalam tapanya, ia akan unggul perang, ia akan lama berjaya, ia akan mendapat kebahagiaan dari kekayaan secara turun-temurun, yaitu bila sewaktu-waktu kelak ditinggalkan oleh para rama dan para resi,

10Istilah rama di sini berarti “tetua desa” (bukan ayah). Jadi, bukan sebutan ber-ayah kepada resi, melainkan rama (tetua desa) dan resi (pendeta). Karena itu lebih baik tidak diterjemahkan.

 

lamun miprangkeuna kabuyutan na Galunggung, a(n)tuk na kabuyutan, awak11 urang na kabuyutan, nu leuwih diparaspadé, pahi deung na Galunggung, jaga beunangna kabuyutan ku Jawa, ku Baluk, ku Cina, ku Lampung, ku sakalian, muliyana kulit di jaryan, madan na rajaputra,12 antukna boning ku sakalaih,

Bila terjadi perang (memperebutkan) kabuyutan di Galunggung, pergilah ke kabuyutan, bertahanlah kita di kabuyutan. Apa-apa yang lebih (sulit dipertahankan?) dirapikan, semua dengan yang di Galunggung. Cegahlah terkuasainya kabuyutan oleh Jawa, oleh Baluk, oleh Cina, oleh Lampung, oleh yang lainnya. Lebih berharga nilai kulit lasun di tempat sampah dari pada rajaputra (bila kabuyutan) akhirnya jatuh ke tangan orang lain.

11Kata awak dapat berarti: badan atau kuasa.

12Tepatnya: nilai kulit lasun di tempat sampah menyamai rajaputra. Rajaputra dalam hal ini ialah Rakeyan Saunggalah yang kemudian disebut Prabu Ragasuci dan setelah wafat disebut Sang Lumahing Taman, putera Prabu Darmasiksa.

 

jaga rang a(ng)gos dihélwan, munuh tanpa dwasa, ngajwal13 tanpa dwasa, nguniwéh tan bakti di sang pandita di puhun14 di manéh, na carita boning ku sa-

Ikutilah terus (pantangan-pantangan) yang telah ditaati, (yaitu) membunuh (yang) tak berdosa, memarahi (yang) tak bersalah, demikian pula tidak berbakti kepada pendeta dan leluhur kita sendiri dalam peristiwa dapat

13Kata ngajwal berasal dari kata jwal (Sangsekerta: jval) yang berarti: menyala, bersinar, merah-padam atau naik pitam.

14Kata puhun sebenarnya berarti pohon, yang dalam hal ini berarti: cakal-bagal atau leluhur. Sinonimnya ialah wiwitan (witwitan) yang sebenarnya juga berarti tumbuh-tumbuhan (wit = pohon).

 

II rekto

kalih15 ngaranya, na kabuyutan,

direbutnya kabuyutan oleh orang lain,

15Kata sakalih dalam bahasa Sunda dapat berarti: yang lain atau sekalian (semuanya).

 

jaga hamo iseus di mulah di pamali di manéh, mulah kapuhan dina musuh ganal bala (boning) dila(n)can, musuh alit mwa boning ditambaan, jampé mwa matih, mangmang sasra tanpa guna, patula tawur tan mretyaksa ku padan ngalalwan sipat galeng mgalalwan siksa nu kwalwat, kwaywa nguha di carék aki lawan buyut,

Hindarkan sikap tidak mengindahkan cegahan dan pantangan diri sendiri, jangan bingung menghadapi musuh kasar; laskar (musuh) dapat dilawan, sebaliknya musuh halus tidak dapat diobati. Jampi tidak akan mempan, sumpah (kutukan) seribu (kali) tak akan berguna, ibarat tawur (kurban) yang tidak terlaksana oleh perbuatan melampau batas (garis)pematang (aturan), mengabaikan aturan dari leluhur (orang tua), luput menyadari ucapan kakek dan buyut,

 

upadina pa(n)day beusi panday omas, memen paraguna, hamba lawak, tani gusti, lanang wadon, nguniwéh na raja puta – keudeu

Bandingannya: pandai besi dengan pandai emas, dalang dengan penabuh gamelan, hamba dengan majikan, petani dengan pemilik tanah, laki-laki dengan perempuan, demikian pula raja dengan upeti (persembahan)

 

di tineung di manéh hamo ngadéngé carék i(n)dung lawan bapa, hamo ngadéngé carék na patikrama wwang keudeuanakéh, upadina kadi tungtung halalang sategal kadi a(ng)gerna puncak ing gunung, sa-

Berkeras kepada keinginan sendiri tidak mendengar nasihat ibu dan bapak, tidak mengindahkan ajaran patikrama, itulah contoh orang yang keras kepala; ibarat pucuk alang-alang yang memenuhi tegalan, ibarat tetapnya puncak gunung. Si-

 

II verso

pa ta wruh ri puncaknya, apa yang mengetahui puncaknya?

asing wruh iya ta wruh inya patingtiman, wruh di carék aki lawan buyut, marapan kita jaya prang heubeul nyéwana,

Siapa pun yang mengetahuinya, ya tahulah akan ketentraman, tahu akan nasihat kakek dan buyut, agar kita unggul perang dan lama berjaya,

 

jaga kita miprangkeun si tepet si bener, si duga si twarasi, iya tuhu sirena janma (d)ina bwana iya kahidupanana urang sakabéh, iya pawindwan ngaranya kangken gunung panghiyangana urang, pi(n)dah ka cibuntu ngaranya, pindah ka l(e)mah pamasarran, geusana wwang ngéyuhan kapanasan,

Janganlah kita memperebutkan (bertengkar) tentang: yang tepat (lurus), yang benar, yang jujur, yang lurus hati; ya sungguh-sungguh tenteram manusia di dunia, ya kehidupan kita semua, ya ketenteraman namanya ibarat gunung kahiyangan (bagi) kita, beralih ke telaga(bening) namanya, beralih ke tanah pusara, tempat orang berteduh dari kepanasan,

 

jaga rampésna agama, hana kahuripana urang sakabéh, mulah kwaywa moha di carékna kwalwat pun.

Pelihara kesempurnaan agama, pegangan hidup kita semua, jangan luput atau bingung terhadap ajaran para leluhur (orang tua).

 

Ujar Rekéyan Darmasiksa, ngawarah urang sakabéh, nyaraman Sa(ng) Lumahing Taman, sya Rekéyan Darmasiksa, maka manak Sa(ng) Lumahing Taman, patemwan deung ti Darma-agung, aya mangsesya pa-

(Itulah) ujar Rakeyan Darmasiksa, menasihati kita semua, mengajari Sang Lumahing Taman. Ia, Rakean Darmasiksa berputera Sang Lumahing Taman dan perkawinannya dengan wanita dari Darma Agung pernah ia pun me-

 

III rekto

temwan deung ti sisima pun. nikah dengan orang desa.

Makangaran San Raja Purana, carék Sang Raja Purana, ah ra(m)pés carék déwata16 kami, sya Rekéyan Darmasiksa pun.

(Putranya) bernama Sang Raja Purana. Kata Sang Raja Purana, ah sempurna, sempurna ajaran ayahku suwargi, dia Rakeyan Darmasiksa.

16Kata déwata dapat pula berarti: suwargi atau almarhum.

 

Jaga diturutan ku na urang réya, marapan atis ikang désa, sang prabu énak alungguh, sang rama énak emangan, sang disi jaya prang,

Peliharalah agar tetap ditaati oleh orang banyak, agar aman tenteram seluruh negeri, raja tenteram bertahta, sang rama tenteram menghimpun bahan makanan, sang disi unggul perangnya,

 

jaga isos di carék nu kwalyat, ngalalwakon agama nu nyusuk na Galunggung, marapan jaya pran jadyan tahun,17 heubeul nyéwana, jaga makéyana patikrama, paninggalna sya séda,

Tetaplah mengikuti ucap orang tua, melaksanakan ajaran yang membuat parit pertahanan di Galunggung, agar unggul perang, serta tumbuh tanam-tanaman, lama berjaya panjang umur, sungguh-sungguhlah mengikuti patikrama warisan dari para suwargi,

17Kata tahun di sini berarti: tumbuh-tumbuhan, tanaman, pohon.

 

jagat daranan18 di sang rama, jagat kreta di sang resi, jagat palangka di sang prabu,19

Dunia kemakmuran, tanggung jawab sang rama, dunia kesejahteraan hidup, tanggung jawab sang resi, dunia pemerintahan, tanggung jawab sang prabu,

18Kata daranan (sansekerta: dhara) menurut konteks kalimat harus diartikan: bantuan bahan makanan. Kata kemakmuran lebih memadai.

19Rama, resi, dan prabu disebut tritangtu dibuana yang sama kedudukannya tetapi berbeda tugas. Ketiga-tiganya dianggap penjelmaan Mahapurusa.

 

haywa paalaala palungguhan, haywa paalaala pameunang, haywa paalaala demakan, apan pada pawitanya, pada mulianya, maka pada mulianya, ku ulah ku sabda, (ku) ambek,

Jangan berebut kedudukan, jangan berebut penghasilan, jangan berebut hadiah, karena sama asal-usulnya, sama mulianya. Oleh karena itu bersama-samalahlah berbuat kemuliaan dengan perbuatan, dengan ucapan, dengan itikad:

 

III verso

si niti si nityagata, si aum,20 si heueuh21 si karungrungan,22 ngalap kaswar semu guyu/ng/ téjah ambek guru23 basa,

yang bijaksana yang selalu berdasarkan kebenaran, yang bersifat hakiki, yang sungguh-sungguh, yang memikat hati, suka mengalah, murah senyum, berseri hati dan mantap bicara,

20Kata aum dapat diterjemahkan dengan: Ya (untuk menyeru Tuhan). Si aum adalah mereka yang senantiasa menyeru (mengingat) Tuhan. Aum juga berarti : kebenaran atau kenyataan tertinggi (hakiki).

21Kata heueuh berarti: ya, benar, sungguh-sungguh.

22Karungrungan = kaseundeuhan, selalu dikerumuni orang karena sifatnya yang menyenangkan.

23Kata guru di sini berarti: berat, seperti pada istilah guru-lagu (berat-ringan). Padanan yang tepat dalam Bahasa Sunda modern ialah: anteb (mantap).

 

dina uran sakabéh, tuha kalawan anwam, mulah majar kwanta, mulah majar lak(s)ana, mulah madahkeun24 pada janma, mulah sabda ngapus,25 iya pang jaya prang heubeul nyéwana ngaranya,

Bagi kita semua, tua dan muda, jangan berkata berteriak, jangan berkata menyindir-nyindir, jangan menjelekkan sesama orang, jangan berbicara mengada-ada, agar unggul perang dan lama berjaya namanya,

24Kata madahkeun berasal dari kata: adah (= adas) yang berarti: buruk atau jelek; madahkeun = memburukkan atau menjelekkan.

25Kata ngapus berasal dari kata: apus = tali atau ikat. Angapus atau ngapus berarti mengikat atau membuat sajak.

 

urang ménak26 maka rampés agama, haat héman dina janma, mana urang ka(n)del kulina,27 mana urang dipajarkeun ména(k)28 ku na rama,

Kita merasa senang, maka sempurnalah agama, kasih-sayang kepada sesama manusia, maka kita dianggap bangsawan, maka kita dikatakan orang mulia oleh sang rama,

26Kata ménak adalah kontradiksi dari ma + inak yang berarti: merasa enak atau senang. Kemudian digunakan pula untuk menyebut golongan masyarakat yang terhormat (dianggap enak hidupnya).

27Kata kandel dalam hal ini tidak berarti tebal, melainkan kaandel (dipercaya, dianggap, diandalkan). Rupa-rupanya, karena Pleyte dan Holle mengartikan kata kandel itu dengan tebal, maka kata kulit muncul sebagai asosiasinya. Dilihat dari hubungan kalimat dan maknanya, perkataan kandel kulit (= tebal kulit) di sini tidaklah tepat, bahkan janggal. Sangat mungkin dalam naskah tertulis kulina (orang keturunan, bangsawan). Hal ini sejalan dengan kata ménak pada frase berikutnya.

28Di sini kata ménak berarti: orang mulia, bangsawan.

 

carék na patikrama, na urang lanang wadwan, iya tuwah iya tapa, iya tuwah na urang, gwareng twah gwareng tapa, maja twah maja tapa, rampés twah waya tapa,

Menurut ajaran dalam patikrama, bagi kita, laki-laki dan perempuan, ya beramal ya bertapa; itulah perbuatan kita. Buruk amalnya berarti buruk tapanya, sedang amalnya berarti sedang tapanya, sempurna amalnya berarti berhasil tapanya,

 

apana urang ku twah na mana beu(ng)har ku twah na mana waya tapa, na maka muji sakalih ja ku tapa,29 na muji manéh kéh ona-

Ada pun kita ini, karena amallah dapat menjadi kaya, karena amal pula dapat berhasil tapa kita. Maka orang lain akan memuji tapa kita, maka puji sajalah diri sendiri,

29Dalam kropak 630, lembar X, dikatakan, bahwa memiliki keahlian dan mengerjakan profesi dengan sepenuh hati disebut tapa di nagara.

 

IV rekto

m sugan ku ra(m)pés na twah mana beunghar,

(katakan:) barangkali karena sempurna amal maka menjadi kaya,

 

na maka nyesel sakalih ja urang hanteu tapa, nyesel manéh kéh onam, sugan tu gwaréng na twah mana burungna na tapa,

Bila disesali oleh orang lain karena kita tidak melakukan tapa, sesali sajalah diri sendiri,(katakan:) barangkali karena beramal buruk maka tapa kita menjadi batal,

 

hamwa karampés lamu(n) dipindaha(n) na twah, jaga dipéda ku sakalih, hamwa karampés na(m)bahan30 twah ja rang dipuji ku /suku/ sakalih, si cangcingan si langsitan si paka, si rajeun-leukeun, si mwa-surahan si prenya, si paka maragwalragwal, purusa emét imeut rajeun-leukeun pakapradana,31 iya bisa ngaranya, titis32 beu(ng)har waya tapa kitu tu rampés twah na ménak,

Percuma (tidak akan diterima) jika amal itu dihilangkan (tidak dilakukan) karena takut dicela oleh yang lain; percuma kita menambah amal bila mengharapkan dipuji oleh orang lain. Sebab si cekatan, si terampil, si tulus-hati, si rajin-tekun, si tawakal, si bersemangat, perwira, cermat, teliti, rajin, tekun, penuh keutamaan, ya berkemampuan namanya, benar-benar kaya dan berhasil tapanya. Begitulah kesempurnaan amal orang mulia,

30Karena kata pindah di sini berarti hilang, maka “ na bah” seharusnya ditulis nambah (=menambah).

31Kata pakaprada berasal dari kata paka = (perlu, muda, matang, lengkap, tulus hati, penuh, cukup) dan pradana = (utama, pertama, terkemuka.)

32Menurut Coolsma, kata titis di antaranya berarti: meneran (tepat) dan keuna (kena).

 

jaga iseus di carék nu kwalwat, di puhun di manéh, maluy swarga tka/t/ing kahyangan Batara Guru, lamun tepet bener di awak di manéh tu (u)cap na urang kahaja bwa-

Terus camkanlah ujar orang-orang tua, ujar leluhur kita sendiri (agar) masuk surga tiba di kahiyangan Batara Guru, bila kejujuran dan kebenaran ada pada diri kita sendiri. Itu dikatakan kita menyengaja (berbuat baik). Un-

 

IV verso

t si mumulan, si ngeudeuhan, si banteuleu, dungkuk peruk, supenan, jangkelék,33 rahéké, mémélé, bra/h/hélé,34 sélér twalér,35 hantiwalér, tan bria,36 kuciwa, rwahaka, jangjangka, juhara, hanteu di kabisa, luhya mumulan, mo teu(ng)teuing, manggahang, bara/ng/-hual,37nica mreswala, kumutuk pregutu, surahana, sewekeng, pwapwarosé,38 téréh kasimwatan, téréh kapidéngé, mwa teteg di carék wahidan,39 sulit rusit,40 rawa-ja papa,

tuk si pemalas, si keras-kepala, si pandir, perenung, pemalu, mudah tersinggung, lamban, kurang semangat, gemar tiduran, lengah, tidak tertib, mudah lupa, tak punya keberanian, kecewa, luar biasa, sok jago, juara (jagoan)(tetapi) tak berkepandaian, selalu mengeluh, malas, tidak bersungguh-sungguh, pembantah, penempelak, selalu berdusta, bersungut-sungut, menggerutu, mudah bosan, segan mengalah, ambisius, mudah terpengaruh, mudah percaya kepada omongan orang (tanpa disaring dahulu), tidak teguh memegang amanat, sulit rumit (mengesalkan), aib, nista,

33Dalam bahasa Sunda: delit atau pundungan.

34Maksudnya berbaring bermalas-malasan (bahasa Sunda: gégéléhéan).

35Dalam bahasa Sunda sekarang: toleran atau oleran = tak pernah menyimpan atau meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kemudian melupakannya.

36Kata bria ubahan dari wirya = keberanian, keperwiraan.

37Kata bara(ng)hual  berasal dari kata: hual= suka mengungkit-ungkit kesalahan atau keburukan orang lain atau membalikkan perkataan seseorang.

38Kata pwapwarosé (sekarang: poporosé) berarti: berusaha keras memperoleh sesuatu dengan memaksakan diri.

39Kata wahidan berasal dari kata Sangsekerta: vahita=amanat.

40Kata rusit dalam bahasa Sunda sekarang menjadi: rujit=menjijikkan, mengesalkan karena banyak tingkah atau karena terlalu memilih-milih.

 

katang-katang di kalésa di kawah ma ku Sang Yamadipati, atma cumunduka ring ywaga tiga, mangrupa janma, maka jadi neluh,

Mayat-mayat pada lubang kawah (neraka), (dikuasai) oleh Sang Yamadipati. Arwah berdatangan dalam tiga periode, berupa manusia, maka jadi mengeluh,

 

mulana mumulan sangkana réya kahayang, hanteu di imah di manéh, ménta twah ka sakalih, ménta

asal-mula jadi mengeluh (karena) malas pada hal banyak keinginan, tidak tersedia di rumahnya, meminta belas-kasihan kepada orang lain, meminta

 

V rekto

guna ka sakalih, kebajikan kepada orang lain,

hanteu dibéré ksel hatinya, jadi nelu(h), pamalina iya dwakan iya jangjitan ngaranya, kajajadiyana na urang hiri paywagya di nu bener,

(Bila) tidak dikasih kesal hatinya, jadi mengeluh. Tercela, (karena yang demikian itu) ya seperti air di daun talas, plin-plan namanya. Akibatnya kita mengiri akan keutamaan orang yang benar,

 

na twah ra(m)pés dina urang, agamani(ng) paré, ma(ng)sana jumarun, telu daun, ma(ng)sana dioywas, gedé paré, ma(ng)sana bulu irung, beukah, ta karah nunjuk lang/ng/it, tanggah ta karah, kasép nangwa41 tu iya ngaranya, umeusi ta karah lagu42 tu(ng)kul, harayhay asak, tak karah ca(n)dukur, ngarasa manéh kaeusi,

Ada pun amal yang sempurna pada diri kita (adalah) ilmu padi: pada saat bertunas(sebesar jarum), keluar daun (tiga daun), saat disiangi, tumbuh dewasa, keluar kuncup(seperti bulu hidung), mekar buah, ya menunjuk langit, ya menengadah; indah tampang namanya. Setelah berisi tiba saat mulai merunduk, menguning masak ya makin runduk, karena merasa diri telah berisi,

41Kata nangwa dalam Bahasa Sunda sekarang menjadi: nangeu(h)=menjulurkan muka dengan dagu ditopang  sambil tidak berbuat atau memperhatikan sesuatu.

42Kata lagu di sini berarti: waktu, (lagu indit)=(waktu berangkat).

 

aya si nu hayang, daék tu maké hurip na urang réya, agamaning paré pun. Lamun umisi tanggah, harayhay tanggah, asak tanggah, hapa ngarana,

Bila ada yang mau dan bersedia (berbuat) demikian, maka kehidupan orang banyak akan seperti perilaku padi. Bila saatnya berisi (tetap) tengadah, saat menguning (tetap)tengadah, saat masak (tetap) tengadah, hampa namanya,

 

pahi deung ayeuh43 ngarana, hanteu alaeunana,

Lain dengan yang disebut (padi) rebah-muda, sebab nihil hasilnya,

43Padi yang ayeuh (rebah) pada usia muda, masih dapat dipanen, sedangkan padi hampa (kalimat sebelumnya) nihil hasilnya.

 

kitu tu agama dina urang réya; ngarasa manéh imah kaeusi, leuit kaeu-

Demikianlah perilaku orang banyak; karena merasa rumah telah lengkap (terisi), lumbung telah teri-

 

V verso

si (da)yeuh44 kaeusi dipaké sikara45 dipaké simangké,46 dipaké hulangga,47 mwa kabita na paré téya kéna hanteu alaeunana, hanteu turutaneunana, na urang r(é)ya sarwa deung ayeuh ngawara ngarana,

si, negeri telah ramai isinya, dijadikan kekayaan, dijadikan persediaan, dijadikan perhiasan. Tidak akan ada yang mengingini padi itu, karena tak dapat dipetik hasilnya, tak ada yang patut ditiru. Maka orang banyak sama dengan rebah-muda namanya,

44Kata dayeuh diartikan: negeri, berdasarkan penjelasan dalam kropak 630 lembar XV mengenai isi yang dimaksud:”Desa ma ngaranya dayeuh, na dayeuh lamun kosong hanteu turutaneunana”.

45Kata sikara berasal dari kata Sangsekerta: svkara=kekayaan.

46Kata simangké berdasarkan konteks kalimat diartikan “untuk nanti”.

47Mungkin sama dengan kata: wulangga (gunung perhiasan). Perubahan wulangga menjadi hulangga dapat dibandingkan dengan perubahan kata Kawi: wulanjar yang dalam Bahasa Sunda menjadi: hulanjar.

 

mwa karampés, jaga rang téoh48 twah, bwa tu heubeul nyéwana pun. Lamun héman dinu karwalwat, jaga rang éwéan, jaga ngara(m)pas,49 jaga ngasupkeun hulun, ja rang midukaan,

Janganlah kita berwatak rendah, pasti tak akan lama hidup. Bila kita menyayangi orang-orang tua, hati-hatilah memilih istri, hati-hatilah memilih jodoh, hati-hatilah memilih hamba, agar jangan menyakiti hatinya,

48Kata téoh sinonim dengan kata landeuh: arti umumnya ialah tempat atau tanah yang rendah. Dalam kamus Coolsma diartikan “onder, beneden” (bawah).

49Kata rampas di sini berarti: jodoh atau pasang, seperti dalam kata: sarampasan=sepasang, sejodoh atau satu setel.

 

nanya ka nu karwalwat, mwa téo(h) sasab na agama pun, na sasana bwat kwalwat pun,

Bertanyalah kepada orang-orang tua, (niscaya) tidak akan hina tersesat dari agama, yaitu hukum buatan leluhur,

 

Hana nguni hana mangké,50 tan hana nguni tan hana mangké, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna, hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang, hana ma tunggulna51 aya tu catangna, (hana guna) hana ring demakan, tan hana

Ada dahulu ada sekarang, Tidak ada dahulu tidak akan ada sekarang; ada masa lalu ada masa kini, bila tidak ada masa lalu tidak akan ada masa kini; ada pokok kayu ada batang, tidak ada pokok kayu tidak akan ada batang; bila ada tunggulnya tentu ada catangnya, ada jasa ada anugerah, tidak ada

50Kata mangké dapat berarti: nanti atau sekarang.

51Tunggul=sisa pohon kayu, bekas tebangan; catang=batang kayu yang sudah roboh.

 

VI rekto

guna tan hana ring demakan, galah dawa sinambung/ng/an tuna,52 galah ceundeuk tinug(e)lan tka,53

jasa tidak akan ada anugerah. Galah panjang disambung batang, galah tusuk dipotong runcing,

52Kata tuna di sini ambilan dari kata Sangsekerta: tunda=batang atau belalai.

53Kata teka juga ambilan dari kata Sangsekerta: titka=runcing, meruncingkan. Kata ceundeuk dalam kropak 630: cedek (=sedek) yang berarti: tusuk atau sodok. Dalam kropak 630 (XII) terdapat ungkapan: Lamun urang daék dipuji maka dyangganing galah dawa sinambungan tuna, rasa atoh ku pamuji; anggeus ma dipaké,….éta kangken galah dawa ta, éta kangken paré hapa ta ngarana”. Maksudnya ialah perbuatan yang berlebihan sehingga menjadi sia-sia. Lawannya ialah “galah cedek tinugelan teka”.

 

a(n)tukna karah na urang ngarasa manéh hanteu tapa lalo tandang marat nimur, ngalwa(r) ngidul réya kahayang, réya geusan mangkuk, bogoh pi(n)dah, réya agama,54 réya patingtiman, pipirakan,55 ider-ideran, bwaga di kuras56 hayang r(é)ya hulun mu(ng)ku kasorang ja urang hanteu tapa, salah paké urang ménak,

Akhirnya malah, kita merasa tidak melakukan amal baik. Lalu berkelana, ke barat ke timur, ke utara ke selatan, banyak tempat tinggal (rumah), senang berpindah-pindah, banyak tanam-tanaman, banyak tempat peristirahatan, perhiasan perak, bertualang, senang(memelihara) ternak, ingin banyak hamba. Tidak akan terlaksana, karena kita tidak beramal (berkarya) baikSalah tindak para orang terkemuka,

54Kata agama (a=tidak+gama=pergi, bergerak) sebenarnya berarti: sesuatu yang tidak bergerak atau tidak berubah. Menurut Macdonell, arti kata agama (a suku pertama pendek) adalah: “immovable, tree”.

55Kata pipirakan adalah jamak dari: pirak=perak (bukan cerai).

56Kata kuras sebenarnya dikhususkan kepada hewan kaki empat yang berkuku (hoofed four-footed animal). Ungkapan: lésang kuras (tak pandai menyimpan rezeki) mula-mula dimaksudkan: seseorang yang ternaknya selalu lepas (kabur) seolah-olah licin kulitnya.

 

na gusti, na panghulu, na wiku sakabéh salah paké,57 na raja sabwana salah paké, beuki awor-awur tanpa wastu ikang bwana,

ya pemilik tanah, ya penguasa, ya pendeta, semuanya salah tindak, ya bahkan raja seluruh dunia salah tindak. Makin semrawut tanpa kepastian dunia ini,

57Kata paké di sini sejalan penggunaannya dengan prasasti Kawali baris 8 dan 9 “pakena gawe rahayu”. Dalam Bahasa Sunda sekarang kira-kira sama dengan ungkapan pamake dalam arti: adat dan perilaku. Untuk pemerintahan dapat diartikan: kebijakan atau tindakan pemerintah.

 

carék Rekéyan Darmasiksa surung réya geusan mangkuk heuweung58 kénéh mo réya éwé, surung pritapa soné, heuweung kénéh hanteu tapa,

Kata Rakeyan Darmasiksa: urung memperoleh rumah banyak, lebih baik jangan beristri banyak; urung bertapa mencapai kesucian diri, lebih baik jangan bertapa,

58Kata heuweung dalam Bahasa Sunda sekarang menjadi: leuheung=mendingan, lebih baik.

 

mu(ng)ku kasorang ja urang hanteu tapa, kéna hanteu dika-

Tak akan terlaksana, karena kita tidak berkarya, karena tidak memiliki

 

VI verso

bisa hanteu dikarajeuna, ja ku ngarasa manéh gwaréng twah karah dipi(n)dah/h/an59 ku  na urang hamo tu galah dawa sina(m)bungan tuna ngarana,

keterampilan, tidak rajin, karena merasa diri berbakat buruk, malah lalu kita jauhi, percuma saja, (ibarat) galah panjang disambung batang namanya,

59Kata pindah di sini berarti: menjauhkan diri.

 

nu pridana, nu takut sapa, nurut dina ménak, di gusti panghulu, réya kabisa, prijnya, cangcingan, gapitan, iya galah ceundeuk tinugelan t(é)ka ngarana, hatina teu burung/ng/eun tapa60 kitu ma na urang pun.

(Mereka) yang utama, yang takut akan kutukan, taat kepada orang-orang mulia, kepada pemilik tanah dan penguasa, banyak memiliki keterampilan, cerdas, cekatan, terampil, ya(ibarat) galah tusuk dipotong runcing namanya. Tidaklah mengurungkan (menyia-nyiakan)amal-baik kita bila demikian halnya.

60Bagian ini lebih baik dibaca: “hanteu piburungeun tapa”.

 

Ku na urang ala lwirna patanjala, pata ngarana cai, jala ngarana (a)pya, hanteu tiburung/ng/eun tapa61 kita lamuna bitan apwa téya, ongkoh-ongkwah62 dipilalwaeun di manéh, gena(h) dina kageulisan, mulah kasimwatan, mulah kasiweuran63 ka nu miburung/ng/an tapa, mulah kapidéngé ku na carék gwaréng, ongkwah-ongkoh di pitineung/ng/eun di manéh, iya ra(m)pés, iya geulis……..

Kita tiru wujud patanjala; pata berarti air, jala berarti sungai. Tidak akan sia-sia amal baik kita, bila (kita) meniru sungai itu. Terus tertuju kepada (alur) yang akan dilaluinya, senang akan keelokan, jangan mudah terpengaruh, jangan mempedulikan (hal-hal) yang akan menggagalkan amal-baik kita; jangan mendengarkan (memperhatikan) ucapan yang buruk, pusatkan perhatian kepada cita-cita (keinginan) sendiri. Ya sempurna, ya indah

61Harus dibaca “hanteu piburungeun tapa”, pada baris berikutnya kita temukan kata miburungan tapa yang erat pertaliannya dengan piburungeun tapa.

62Ongkoh-ongkwah (sekarang: ongkoh-ongkoh)=jongjon, tonggoy: berarti tidak mempedulikan hal-hal lain karena tenggelam dalam hal yang sedang dihadapinya.

63Dalam Bahasa Sunda dialek Bogor ada ungkapan: kasiwer=terperhatikan atau sempat diperhatikan; siweur atau siwer berarti: memperhatikan atau menyempatkan diri.

 



__________________

Disalin dari : Amanat Dari Galunggung (Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong-Garut) Oleh : Drs. Atja & Drs. Saleh Danasasmita, Proyek Pengembangan Permusieuman Jawa Barat, 1981.

 


Read More

adsense

MUTIARA HATIKU